Enam Tahun tidak ada Qurban

Jum’at  14 September 2012 – Perjalanan kami dari kampus UNS ke  Desa Tanggungharjo, Kec. Grobogan, Kabupaten Grobogan memakan waktu lebih dari dua jam. Desa tersebut merupakan salah satu lokasi Qurban Sampai Pelosok (QSP)  yang akan diadakan LAZIS UNS pada 26 Oktober tahun ini. Jalanan yang berdebu dan sebagian berlobang, mendominasi perjalanan kami sampai di sana. Sebenarnya, desa tersebut dekat dengan pusat kota- Grobogan- namun karena akses jalan yang terbatas menjadikan desa tersebut terkesan terisolir dari kemajuan kota.

Sebagaian besar penduduk di desa tersebut bekerja sebagai petani. Sawah-sawah yang mereka garap, sangat bergantung kepada air hujan, jadi saat musim kemarau mereka hampir tidak bisa menanam apa-apa.  Hal tersebut dialami pada bulan-bulan ini, air untuk kebutuhan sehari-hari pun mereka dapatkan dari sumur yang jauh dari rumah dan bahkan harus antri untuk mendapatkan air.

Dari segi fisik, sebagian besar bangunan rumah masih sangat sederhana. Jarang sekali rumah yang ditembok dan berlantai semen, kebanyakan masih berdinding kayu, anyaman bambu (gedeg), dan berlantai tanah. Dapur juga masih seatap dengan kandang ternak (ayam, sapi, kambing, dll). Sehingga boleh dibilang rumah-rumah tersebut jauh dari standar kesehatan

Keadaan tersebut memaksa warga untuk tidak bisa menyembelih qurban, karena untuk keperluan sehari-hari saja kadang susah. Bahkan di Musholla Darunajah sudah enam tahun tidak ada qurban dan di masjid Jami’ biasanya hanya dua kambing saja.  Sebenarnya pemahaman keislaman sebagaian besar warga sangat baik, karena di desa tersebut banyak aktivitas keislaman, dari mulai Taman Pendidikan Al Qur’an untuk anak-anak, sampai pondok-pondok pesantren tradisional yang masih banyak di daerah tersebut. Uniknya, setiap masjid atau musolla di daerah itu harus ada seorang Kiayi yang memimpin, dan seorang Kiayi tersebut harus sesuai dengan standar-standar yang ada, misalnya hafalannya harus banyak, punya santri, dan lain-lain.

Di balik kesederhanaan masyarakat desa Tanggungharjo ternyata tersimpan begitu banyak keagungan budaya  di sana. Mereka tetap memegang teguh ajaran Islam walaupun mereka hidup dengan kondisi terbatas. Benar, bahwa rumah-rumah tinggal mereka banyak yang tidak layak, tapi masjid-masjid mereka kokoh, berbeton dan indah ditambah lagi aktivitas keilmuan yang senantiasa mereka ikuti dari anak-anak sampai kakek-nenek.  Semoga Qurban Anda menjadi sumber kebahagiaan mereka dan memperkuat silaturahim sesama Muslim dimana pun berada.. (lazisuns)